Monday, September 18, 2017

CONTINUOUS INFUSION VS STABILITAS MEROPEMEN


Oleh : Ilman Silanas, Apt.,M.Kes
Apoteker RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Meropenem adalah salah satu antibiotik golongan karbapemen yang digunakan dalam terapi Hospital Acquired Infection. Berdasarkan pola supsetibilitas, meropenem merupakan antibiotik yang banyak dipilih karena memiliki spektrum luas, bekerja pada bakteri gram positif dan negatif.

Meropenem bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri. Terdistribusi hampir pada semua cairan dan jaringan tubuh. Ikatan protein hanya 2 % dan volume distribusi pada dewasa 15-20 Liter. Metabolisme meropenem terjadi di hati, waktu paruh pada kondisi ginjal normal  adalah 1-1,5 jam.[1]


Profil farmakodinamik-farmakokinetik menunjukan bahwa meropenem terkategori antibiotik Time-Dependent.



Gambar 1 Kurva Farmakodinamik-Farmakokinetik

Ciri khas antibiotik time dependent adalah antibiotik ini memberikan kemampuan penyembuhan yang lebih baik jika konsentrasi dalam darah dapat dijaga berkisar 20-100 % diatas MIC (T>MIC) dengan pemberian secara continuous. Penelitian yang dilakukan oleh Dandekar dkk (2003) menyatakan bahwa pemberian meropenem dosis 500 mg yang diberikan dalam bentuk infus yang diperpanjang selama 3 jam (extended infusion) menunjukkan T>MIC lebih dari 2 kali lipat jika meropenem dosis yang sama diberikan diberikan secara infus cepat selama 30 menit.[2]



Gambar 2 Kurva Pemberian Meropenem secara Infus Cepat (30 menit) Vs Infus Diperpanjang (3 jam). Terlihat adanya  pada infus diperpanjang
Robert dkk (2009) melakukan penelitian pemberian meropenem pada pasien critically ill dengan sepsis menunjukkan bahwa pemberian secara continuous infusion lebih baik memberikan konsentrasi diatas MIC dalam jaringan subkutan dan plasma dibandingkan intermittent bolus.[3]


Gambar 3 Perbedaan Probibalitas capaian 50% fT>MIC pada variasi cara pemberian Meropenem

Maka untuk mendapatkan manfaat Meropenem yang lebih maksimal perlu diupayakan memperpanjang waktu konsentrasi meropenem diatas MIC. Teknik yang digunakan adalah continuous infusion setidaknya 30 menit, jika mampu diberikan selama 3 jam hingga 24 jam maka hasilnya akan lebih baik.

Pertimbangan selanjutnya adalah stabilitas meropenem dalam pelarut. Teknik continuous infusion akan berhasil bila meropenem dilarutkan dalam larutan yang tepat. Berikut adalah tabel stabilitas meropenem 1-20 mg/ml dalam larutan infus :

Tabel 1
Larutan Infus dan Stabilitas Campuran Meropenem dalam Pelarut[4]


Time (hr)
Infusion Solution
Stored at
15-25 °C
Stored at
4 °C
Dextrose 2.5% in sodium chloride 0.45%
3
12
Dextrose 5% with potassium chloride 0.15%
1
6
Dextrose 5% in Ringer's injection, lactated
1
4
Dextrose 5% in sodium chloride 0.2%
1
4
Dextrose 5% in sodium chloride 0.9%
1
2
Dextrose 5%
1
4
Dextrose 5% with sodium bicarbonate 0.02%
1
6
Dextrose 10%
1
2
Mannitol 2.5%
2
16
Normosol M with dextrose 5%
1
8
Ringer's injection
4
24
Ringer's injection, lactated
4
12
Sodium bicarbonate 5%
1
4
Sodium chloride 0.9%
4
24
Sodium lactate (1/6) M
2
24

Larutan infus yang menjadi pilihan dengan stabilitas yang panjang (4 jam) adalah larutan ringer, ringer laktat dan NaCl 0,9% . Dengan larutan infus tersebut pemberian meropenem bisa dilakukan selama 3 -4 jam pada suhu 18-250C. Adapun jika dikehendaki pemberian selama 24 jam continuous infusion, maka perlu dijaga agar suhu larutan 40C, teknik yang digunakan adalah menggunakan kantong berpendingin untuk memastikan bawa suhu larutan akan menjaga stabilitas obat.





[2] Ika Puspita Sari (2017), Strategi Pemberian Antibiotik Pada Penyakit yang Parah, Medisina Edisi 27, Volume VII, April-Juni 2017
[3] Robert dkk (2009), Meropenem dosing in critically ill patient with sepsis and without renal dysfunction : intermittent bolus versus continuous administration ? Monte Carlo dosing simulation and subcutaneous tissue distribution, Journal of Antimicrobial Chemotherapy (2009) 64, 142–150
[4] Handbook on Injectable Drugs, 15th Edition 

No comments:

Post a Comment