Tuesday, December 5, 2017

ANTBIOTIC SKIN TEST (AST) : DETEKSI DINI ALERGI ANTIBIOTIK ?

Oleh : Ilman Silanas, Apt.,M.Kes
Apoteker RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung


Alergi adalah respon hipersensitif imunologis yang terjadi karena paparan alergen. Alergi obat dikategorikan sebagai reaksi obat yang tidak diinginkan. Ciri khas reaksi alergi obat adalah :
  1. Tidak terprediksi
  2. Terjadi pada individu tertentu
  3. Tidak berhubungan dengan sifat farmakologi obat
  4. Memerlukan periode induksi pada awal paparan tapi tidak pada paparan kedua
  5. Dapat terjadi pada dosis dibawah dosis terapeutik
  6. Bisa berefek pada organ, pada umumnya mempengaruhi kulit
  7. Manifestasi klinis yang nampak adalah erythema, angioedema, serum sicknes syndrome, anafilaksis dan asma.
  8. Terjadi pada sebagian kecil populasi (10-15%)
  9. Menghilang saat terapi obat dihentikan dan muncul kembali setelah diberikan obat yang sama atau obat dengan struktur kimia yang mirip
  10. Dapat dilakukan desensitisasi


Reaksi alergi dapat dikategorikan menjadi empat tipe :

1.       Tipe I Hipersensitivitas Tipe Cepat (Anafilaksis)
2.       Tipe II Reaksi Sitotoksik
3.       Tipe III Reaksi Kompleks Imun
4.       Tipe IV Reaksi Tertunda

Alergi tipe satu merupakan alergi yang paling banyak memakan korban. Alergi tipe ini diperantarai oleh Immunoglubulin E (IgE) yang dapat terjadi 30 menit setelah paparan alergen. Penisilin adalah salah satu penyebab utama terjadinya alergi tipe I.


Reaksi alergi pada penisilin terjadi pada 10-20 % pasien rawat inap yang memiliki riwayat alergi pada penisilin.(1,2). Peningkatan penggunaan penisilin semisintetik dan sefalosporin maka meningkat pula laporan kejadian reaksi alergi pada kedua agen ini.

Antibiotic Skin Testing (AST) adalah metode yang telah dikenal sebagai metode yang paling aman dan dapat diandalkan untuk medeteksi reaksi alergi tipe I pada penggunaan antibiotik beta laktam. Sebuah penelitian yang dilakukan di 12 rumah sakit di Korea Selatan menunjukan bahwa terdapat perbedaan cara melakukan AST dan cara menginterpretasikan hasil AST (3).

Terlihat dari data tersebut, setiap rumah sakit memiliki cara yang berbeda dalam melakukan AST. Jumlah antibiotik yang berbeda diberikan secara intradermal. Kriteria hasil positif alergi yang berbeda pula. Hal ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana prosedur AST yang tepat ?




Metode AST

Uji secara intradermal dilakukan dengan meng-injeksikan 0,02-0,05 ml reagen pada permukaan lengan bawah bagian dalam. Sebagai kontrol negatif menggunakan larutan saline dan kontrol positif menggunakan histamin dengan jumlah volume yang sama. Interpretasi hasil dilakukan 15-20 menit setelah pemberian, bila terjadi tonjolan berwarna merah dengan diameter lebih dari sama dengan 3 mm dan terkonfirmasi dengan pembanding positif dan negatif maka  menunjukkan positif alergi (4,5).

Hal yang perlu diperhatikan adalah konsentrasi larutan uji. Konsentrasi yang diberikan sedapat mungkin tidak menyebabkan reaksi iritasi. Pada uji alergi beta laktam konsentrasi maksimum yang dapat dipergunakan tercantum pada tabel di bawah ini :



Referensi lain menggunakan konsentrasi non-iritasi berikut ini :



Validasi Metode AST

AST untuk golongan penisilin menunjukkan bahwa metode ini memiliki reliabilitas yang cukup baik untuk mengidentifikasi individu yang memiliki risiko reaksi alergi pada penisilin (6). Studi lain nya menunjukkan bahwa penicillin skin test membantu untuk menentukan jenis antibiotik yang cocok untuk pasien-pasien yang alergi pada penisilin (7).

Adapun AST untuk golongan Sefalosporin tidak dapat menunjukkan hasil yang akurat. Sebuah penelitian yang dipublikasikan European Journal of Allergy and Clinical Immunology  dengan judul Validation of The Cephalosphorin Intradermal Skin Test for Predicting Immediate Hypersensitivity : A Prospective Study With Drug Challenge menunjukkan bahwa skin test untuk memprediksi reaksi alergi pada golongan Sefalosporin memiliki sensitivitas dan Positive Prediction Value (PPV) yang sangat rendah sehingga disimpulkan tidak terlalu bermanfaat. (8)

Penelitian yang melibatkan 1421 pasien dengan menggunakan antibiotik Sefalosporin dari mulai generasi pertama hingga keempat dan Penisilin G. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 74 pasien yang dinyatakan positif dengan AST, akan tetapi setelah dilakukan uji pemberian antibiotik intravena yang dinyatakan menyebabkan alergi dengan AST pada pasien positif tersebut tidak satu pun yang mengalami reaksi alergi. Justru sebaliknya pasien yang tidak dinyatakan alergi dengan AST setelah dilakukan uji langsung dengan pemberian antibiotik terdapat empat orang yang alergi.

Hasil perhitungan sensitivitas, spesifitas, Negative Prediction Value (NPV) dan Positive Prediction Value (PPV) dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut : sensitivitas 0 %, Spesifitas 9,75%, NVP 99,7 % dan PPV 0%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa AST pada golongan Sefalosporin menunjukkan false negatif yang tinggi sehingga metoda ini tidak valid.



Referensi :

  1. Lee CE, Zembower TR, Fotis MA, et al. The incidence of antimicrobial allergies in hospitalized patients: implications regarding prescribing patterns and emerging bacterial resistance. Arch Intern Med 2000;160:2819-2822
  2. Arroliga ME, Wagner W, Bobek MB, et al. A pilot study of penicillin skin testing in patients with a history of penicillin allergy admitted to a medical ICU. Chest 2000;118:1106-1108.
  3. Lee SH, Park HW, Kim SH, et al. The Current Practice of Skin Testing for Antibiotic in Korean Hospitals. The Korean Journal of Internal Medicine 2000; 25 : 207-212
  4. Torres MJ, Romano A, Mayorga C, et al. Diagnostic evaluation of a large group of patients with immediate allergy to penicillins: the role of skin testing. Allergy 2001;56:850-856
  5. Brockow K, Romano A, Blanca M, et al. General considerations for skin test procedures in the diagnosis of drug hypersensitivity. Allergy 2002;57:45-51
  6. del Real GA, Rose ME, Ramirez-Atamoros MT, et al. Penicillin skin testing in patients with a history of beta-lactam allergy. Ann Allergy Asthma Immunol 2007;98:355-359
  7. Nadarajah K, Green GR, Naglak M. Clinical outcomes of penicillin skin testing. Ann Allergy Asthma Immunol 2005;95:541-545
  8. Yoon SY, Park SY, Kim S, et al. The Cephalosphorin intradermal skin test for predicting immediate hypersensitivity : a prospective study with drug challenge, Alergy 2013: 68: 938-944 

No comments:

Post a Comment