Tuesday, April 4, 2023

FORMULARIUM OBAT DI MASA PERADABAN ISLAM

 Oleh : apt. Ilman Silanas, M.Kes, M.Fam.Klin

Sejak mendirikan Negara Islam di Madinah, Rasulullah telah meletakkan pondasi kuat untuk membangun peradaban besar yang berpengaruh di dunia. Berkat perjuangan para Sahabat dan generasi setelahnya umat Islam telah berhasil menguasai wilayah yang dulu dikuasai oleh kekaisaran Romawi dan Persia. Tidak hanya mendapatkan wilayah baru untuk diterapkan hukum-hukum Allah SWT,umat Islam pun mendapat limpahan ilmu pengetahuan yang menjadi modal untuk membangun peradaban yang lebih kuat.

Sepanjang sejarah kekuasaan Khilafah Islam, tak jarang ujian berupa wabah penyakit terjadi. Wabah penyakit melanda di beberapa wilayah negara, bersyukur, para pemegang kebijakan mau melaksanakan perintah Nabi SAW untuk menyerahkan masalah pada ahlinya, wabah pun dapat dilokalisir dan tidak sampai menyebar ke daerah lain. Peradaban yang maju dapat dilihat dari upaya kesehatan yang dilakukan, preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Tidak mungkin sebuat peradaban berkembang tanpa modal kesehatan penduduknya. Kegiatan dakwah dan jihad dapat berlangsung sukses jika para dai dan tentara dalam kondisi sehat. Ekonomi dapat berjalan bila ancaman wabah penyakit sirna. Pendidikan bisa berjalan dengan baik jika guru dan murid terjaga kesehatannya.

Seluruh upaya kesehatan pasti melibatkan penggunaan bahan yang berfungsi untuk memperbaiki kondisi tubuh.  Penelitian dan penelusuran pustaka-pustaka kuno dari berbagai peradaban telah dilakukan oleh peneliti di era khilafah untuk menemukan obat yang berkhasiat dan aman. Ilmu tentang bahan obat dan obat akan berkembang seiring dengan meluasnya kekuasaan Islam. Buku-buku pengobatan Yunani, Mesir, Persia dan Roma telah diterjemahkan kedalam bahasa arab dan menjadi kajian penting dalam bidang kesehatan khusunya farmasi. Penelitian-penelitian tentang komposisi, formulasi dan khasiat  dilakukan oleh para dengan standar tertinggi pada masanya. 

Obat-obat yang telah ditemukan dikompilasi dalam bentuk formularium agar lebih mudah untuk dipelajari dan diaplikasikan dalam praktik klinik. Pembuatan fomularium mengadopsi formularium bangsa Yunani, hal ini tidak menjadi kendala bagi umat Islam, karena formularium adalah hasil ilmu pengetahuan yang bebas nilai sehingga dapat diterima oleh syariat. Formularium sendiri dapat didefinisikan sebagai dokumen yang memuat sediaan obat dan informasi penting lainnya yang merefleksikan keputusan klinik mutakhir.

Berikut beberapa nama-nama ilmuan di era kejayaan Islam  dan karya-karya nya dalam bidang farmasi yang dapat dianggap sebagai formularium pada masanya.

1.       Abu Hanifa Al-Dinawari (lahir : 815 M, wafat : 895/902 M)

Beliau adalah seorang ahli astronomi, botani dan sejarah. Beliau mengupas dan membedah botani lewat karyanya Kitab al-Nabat (Buku Tumbuh-tumbuhan) yang terdiri atas enam volume yang mencakup 637 jenis tanaman. Hanya saja beberapa volume telah punah, hanya volume ketiga dan kelima yang tersisa.  Buku beliau menjadi dasar untuk pencarian tumbuhan obat dan pengembangannya obat nabati (Golshani et al., 2015).

 

2.       At-Tabari (Lahir : 838 M, Wafat : 870 M)

Beliau adalah seorang ahli kedokteran, botani dan psikologi. Karya beliau dibidang medis adalah kitab Firdaus Al-Hikmat At-Tabari yang terdiri dari tujuh jilid. Pada jilid keenam kitab ini menjelaskan tentang obat-obatan dan racun-racun (Ghaffari et al., 2014).

 

3.    Abu Bakar Ar-Razi (lahir : 854 M, wafat : 932 M)

Selain ahli dalam bidang kedokteran, beliau pun ahli dalam bidang farmakognosi, beliau telah membagi obat-obatan yang berasal dari tanaman, hewan dan mineral. Kitab yang beliau karang, Al-Asrar, berisi tentang obat-obatan dan cara pencampurannya. Hingga abad ke 19 kitab ini masih menjadi buku pegangan praktikum kedokteran (Amr & Tbakhi, 2007).

 

4.       Ibnu Juljul (wafat : 994 M)

Beliau menterjemahkan buku De Materia Medica Disocorides kedalam bahasa arab dan menambahkan banyak substansi baru seperti tamarin, champora, kayu cendana, dan kapulaga. Ia pun mengidentifikasi banyak tumbuhan baru yang memiliki efek pengobatan untuk beberapa penyakit (Al-Hassani, 2012).

 

5.       Al-Biruni (Lahir : 973 M, wafat : 1051 M)

Beliau menulis kitab yang berjudul Asy-Syahdalah (ramuan-ramuan) yang diterjemahkan dalam bahasa latin dengan judul Continens. Al-Biruni menjelaskan tentang ramuan-ramuan obat dan tata cara dalam pembuatan obat, termasuk menjelaskan peralatan yang diperlukan (Hamarneh, 1976).

 

6.       Abu Bakar Hamid Ibnu Samajun (w.1002)

Ibnu Samajun adalah seorang dokter yang menulis sebuah buku yang sangat luar biasa, buku tebal nya diberi judul al-Jami‘ li-aqwal al-qudama’ wa-al-muhdathin min al-aibba’ wa-al-mutafalsifin fī l-adwiyah al-mufradāh   (The Compendium on Simple Drugs with Statements of Ancient and Modern Physicians and Philosophers). Beliau pun menulis buku formularium yang diberi judul Al-Aqrabadin yang berisi komposisi obat yang bermanfaat untuk praktik kedokteran (Ullmann, 1970).  

 

7.       Al-Ghafiqi (wafat : 1165)

Beliau adalah seorang ahli obat-obatan yang berasal dari Andalusia, beliau mengumpulkan dan mengkaji berbagai jenis tumbuhan yang diperolehnya dari wilayah Spanyol dan Afrika. Beliau menulis kitab yang berjudul Al-Jami Al-Adwiyyah Al-Mufradah yang berisi tentang komposisi obat, dosis dan tata cara meracik (Sudewi & Nugraha, 2017).

 

8.       Ibnu Al-Suri (Lahir : 1177 M, wafat : 1241 M)

Beliau menulis kitab Al-Adwiyat Al-Mufradah yang berisi tentang obat-obat sederhana yang bersumber dari bahan tumbuhan. Kitab ini memiliki kelebihan yaitu adanya lukisan tumbuhan obat yang dimaksud. Untuk membuat kitab ini beliau mempekerjakan pelukis untuk dapat menggambarkan sketsa tumbuhan mulai dari tahap pertumbuhannya dengan menggunakan pewarna (Ali, 1996).

 

9.       Ibnu Al-Baythar (Lahir : 1197 M, Wafat : 1248 M)

Beliau dikenal sebagai dokter hewan, ahli botani dan farmakologi. Selama beliau di Mesir beliau ditunjuk sebagai “Kepala Ahli Maramu Obat”. Setelah meninggalkan Kairo beliau berkelana ke Malaga, Marrakesh, Suriah, dan Asia Kecil, untuk mencari tanaman obat. Buku-buku beliau terkait kompilasi obat-obatan antara lain Al-Mughni fi al-Adwiya’ al-Mufradat, kitab ini berisi tentang ramuan-ramuan obat yang disusun disesuaikan dengan bagian-bagian tubuh yang harus didahulukan untuk menyembuhkan penyakit. Buku yang beliau tulis pula adalah  Al-jami’ li Mufradat al-Adwiyah wa al-Ahdhiya,  buku ini berisi tentang 1400 contoh obat. Buku lainnya adalah Al-Jamii fi Al-Tibb, buku ini mengupas tentang beragam tubuhan obat, kurang lebih ada seribu tumbuhan yang dibahas. Buku terakhir adalah Al-Adwiyat al-Basyithah, yang berisi tentang ramuan-ramuan obat sederhana (Ullmann, 1970).

Itulah beberapa ilmuan farmasi ternama yang membuat formularium terkait obat. Tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban Islam telah mewariskan ilmu yang luar biasa untuk seluruh penduduk di dunia ini. Hal ini membuktikan bahwa Islam tidak menghambat perkembangan ilmu, malah sebaliknya Islam akan mendorong manusia untuk melakukan penemuan-penemuan di bidang kesehatan, sains dan teknologi.

 

Referensi :

Al-Hassani, S. T. S. (Ed.). (2012). 1001 Invention The Enduring Legacy of Muslim Civilization (3rd ed.). National Geograpich.

Ali, A. (1996). Islamic Dynasties of the Arab East: State and Civilization During the Later Medieval Times. M.D. Publications Pvt. Ltd.

Amr, S. S., & Tbakhi, A. (2007). Abu Bakr Muhammad Ibn Zakariya Al Razi (Rhazes): Philosopher, Physician and Alchemist. Annals of Saudi Medicine, 27(4), 305–307. https://doi.org/10.5144/0256-4947.2007.305

Ghaffari, F., Naseri, M., Asghari, M., & Naseri, V. (2014). Abul- Hasan al-Tabari: A review of his views and works. Archives of Iranian Medicine, 17(4), 299–301. https://doi.org/014174/AIM.0015

Golshani, S. A., Daneshfard, B., Mosleh, G., & Salehi, A. (2015). Drugs and Pharmacology in the Islamic Middle Era. Pharmaceutical Historian, 45(3), 64–69.

Hamarneh, S. K. (1976). The pharmacy and materia medica of al-Biruni and al-Ghafiqi—A comparison. Pharmacy in History, 18(1), 3–12.

Sudewi, S., & Nugraha, S. M. (2017). Sejarah Farmasi Islam dan Hasil Karya Tokoh-Tokohya. 2(1), 57–71.

Ullmann, M. (1970). Die Medizin im Islam. E.J. Brill Leiden, VI(I).

No comments:

Post a Comment