Thursday, October 31, 2013

BILA ANDA KERACUNAN OBAT (bagian pertama)


Paracelus berkata 'Semua substansi adalah racun, tiada yang bukan racun. Dosis yang tepat membedakan racun dari obat"
Saat ini masyarakat dihadapkan pada fenomena penggunaan obat yang irasional. Irasional disini artinya obat tidak digunakan sesuai dengan indikasinya, ataupun bila tepat digunakan sesuai indikasi tapi bermasalah pada dosis yang digunakan.

Hal diatas diperparah dengan tidak adanya edukasi dari tenaga kesehatan baik apoteker ataupun dokter yang menjelaskan secara rinci tata cara penggunaan obat dan bahaya yang timbul dari penggunaan obat yang tidak sesuai anjuran. Saya harap tulisan ini dapat membantu pembaca dalam mengatasi permasalahan keracunan obat. Materi ini adalah materi yang saya sederhanakan dari materi kuliah tentang Toksisitas di Akademi Kebidanan Cianjur.


Dua Faktor Menentukan 
Bila anda merasa diri anda keracunan maka Anda harus dapat mengetahui  Jenis Kontak dan Dosis Substasnsi yang meracuni Anda.

1. Jenis Kontak
a. Tertelan
Efek yang mungkin terjadi bila Anda menelan racun adalah efek lokal pada saluran cerna, seperti mual, muntah, konstipasi, dan atau diare. Atau lebih parah bila terus berlanjut yaitu adanya efek sistemik, artinya racun sudah mulai diserap oleh saluran cerna dan sudah meracuni darah Anda.

b. Topikal-Kulit
Interaksi racun dengan kulit Anda akan menyebabkan iritasi lokal yang dapat merusak lapisan kulit dan Anda merasa terbakar.

c. Topikal-Mata
Interaksi racun dengan mata Anda akan menyebabkan rasa terbakar pada mata, dan membuat mata Anda memerah, gatal dan perih.

d. Inhalasi (Terhirup)
Efek racun yang terhirup akan menyebabkan iritasi pada saluran nafas bagian atas dan bawah. Lebih jauh lagi menyebabkan efek sitemik karena racun sudah masuk ke dalam sistem sirkulasi darah.

2. Dosis Substansi
Hubungan dosis dan keracunan dapat saya ilustrasikan pada substansi sederhana yang setiap hari kita gunakan yaitu NaCl (garam dapur). NaCl dalam jumlah tertentu penting untuk kehidupan. Pada rentang kadar 130-150 mmol/L  dalam darah merupakan kadar normal, akan tetapi bila meningkat menjadi 150-160 mmol/L akan timbul gejala pada sistem syaraf pusat seperti kejang (10% pasien).

Maka bagi pengguna obat perlu memperhatikan hal diatas, untuk dapat mengetahui langkah apa yang harus dilakukan untuk mengatasi keracunan.

Hal yang Harus Dilakukan bila Keracunan
Ada tiga hal yag harus dilakukan saat menghadapi kondisi keracunan :
1. Pertahankan fungsi vital
2. Singkirkan racun dari pasien
3. Obati secara simptomatis dengan memberi antidot terhadap toksik spesifik

Pertama, Pertahankan fungsi vital
Fungsi vital adalah fungsi pernafasan, fungsi kardiovaskular, elektrolit dan fungsi ginjal. Fungsi ini harus dipertahankan terlebih dahulu dengan cara membantu jalan nafas, melonggarkan pakaian, dan memberikan cairan. Bila keracunan parah dan tanda-tanda vital seperti nafas, denyut jantung tidak terdeteksi maka korban harus segera dibawa ke rumah sakit.

Kedua, Eliminasi Racun dari Pasien
Cara mengeliminasi racun dari pasien ditentukan berdasarkan jenis kontak.
1. Racun tertelan
 Maka ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan:

a. Memuntahkan Racun

Rangsang korban untuk muntah, yang paling sederhana adalah dengan cara memberi air minum sebanyak 100 ml untuk anak dan 200 ml untuk dewasa, selanjutnya posisikan tubuh telungkup dengan kepala dan bahu lebih rendah. Dengan jari telunjuk, kilik bagian belakang lidah/ tenggorok. dapat diulangi dengan meminum  sejumlah air yang sama lalu lakukan kilikan dengan jari hingga muntahan berwarna bening.

b. Menyerap Racun 

Serap racun dengan menggunakan karbon aktif. Idealnya pasien mengkonsumsi karbon aktif 5-10 kali jumlah substansi yang ditelan. Jika jumlah tidak diketahui maka gunakan aturan dosis berikut :
1-2 gram per Kg berat badan  atau, 
15-30 gram untuk anak
50-100 gram untuk dewasa
setengah dosis ini diulangi dengan interval 2-6 jam jika perlu

Pemberian karbon aktif adalah dengan dibuat bubur dengan perbandingan 1 : 8, 1 bagian karbon dan 8 bagian air.

c. Mempercepat keluarnya isi saluran cerna

Pemberian laksatif digunakan untuk merangsang pengeluaran isi saluran cerna, umumnya digunakan Magnesium Sulfat, Magnesium Sitrat dan Sorbitol. Dosis Magnesium sulfat untuk anak adalah 250 mg/Kg berat badan sedangkan untuk dewasan adalah 30 gram diberikan secara per oral, pasien gagal ginjal dikontrasindikasikan menggunakan Magnesium Sulfat.  Sorbitol 70% dapat diberikan untuk anak dengan dosis (1-2 ml/kg BB) sedangkan untuk dewasa 100-150 ml.



No comments:

Post a Comment