Oleh : apt. Ilman Silanas, M.Kes, M.Farm.Klin
Pada awal nya ilmu farmasi merupakan bagian dari ilmu kedokteran, dalam aspek lainnya, terdapat kaitan antara ilmu farmasi dengan botani dan kimia. Sepanjang sejarah perkembangan ilmu ini hingga dipisahkan menjadi badan ilmu mandiri, ilmu farmasi telah tumbuh dari berbagai cabang keilmuan lain. Ilmu botani menjadi dasar dari perkembangan ilmu farmakognosi, ilmu kedokteran menjadi dasar bagi ilmu farmakologi dan terapi, dan ilmu kimia menjadi dasar bagi ilmu farmasetika dan industri farmasi.
Kaum
muslimin mengenal ilmu farmasi seiring perkembangan tiga keilmuan tersebut.
Universitas-universitas telah didirikan dan melahirkan ilmuan polymath,
mereka mempelajari lebih dari satu bidang ilmu, mengkombinasikan dan melahirkan
ilmu terapan yang bermanfaat untuk umat manusia. Tidak hanya sebagai penopang
kejayaan islam dan kaum muslimin, akan tetapi memberikan kontribusi besar bagi
perkembangan ilmu pengetahuan modern masa kini.
Berikut adalah beberapa universitas yang didirikan pada masa khilafah islam yang berkontribusi langsung ataupun tidak langsung pada lahirnya para ilmuan yang mengembangkan ilmu farmasi.
Jami’ah Al-Qarawiyyin
Bertempat di Maroko, tepatnya di kota Fes. Masjid Qarawiyyin didirikan pada tahun 859 M. Masjid ini dijadikan sebagai pusat pendidikan sebagaimana masjid yang lainnya, maka disebutlah masjid tersebut sebagai Jami’ah Al-Qarawiyyin. Kajian ilmiah teselenggaran di masjid ini yang dapat disetarakan dengan tingkat perguruan tinggi. The Guinness Book of Record pada tahun 1998 menobatkan Jami’ah Al-Qarawiyyin sebagai universitas tertua di dunia yang hingga saat ini masih menyelenggarakan pendidikan dan menghasilkan lulusan.
Fatimah
Al-Fihri (w. 880 M) adala pendiri Jami’ah Al-Qarawiyyin, muslimah
terpelajar dan putri pengusaha kaya. Setelah ayahnya meninggal dunia, Fatimah mewakafkan
seluruh harta warisannya untuk mendanai pembangunan masjid yang akan menjadi
pusat ibadah dan pendidikan bagi masyasrakat Fes.
Aktivitas
ilmiah awal yang ada di masjid ini terbatas membahas tentang fikih, ilmu
tafsir, dan hadits. Kajian pun terut berkembang memasuki kajian linguistik,
sastra, filsafat, politik, matematika, astronomi, ekonomi, seni rupa, dan musik.
Ilmu kedokteran dan farmasi sudah diajarkan di Jami’ah Al-Qarawiyyin
pada abad ke-10. Setelah itu kajian sosiologi, geografi, sejarah, arsitektur,
teknik, psikologi, dan berbagai cabang ilmu lainnya. Pelajar di Qarawiyyin dibebaskan
untuk melakukan studi apapun yang diminatinya. Lahirlah sarjana-sarjana yang
menguasai banyak bidang ilmu.
Jami’ah Al-Qarawiyyin telah melahirkan sejumlah ilmuwan Muslim yang telah memberikan kontribusi besar pada dunia pengetahuan, di antaranya adalah:
- Muhammad Al-Idrisi (1099 – 1166) ahli geografi dan pembuat peta
- Ibnu Rashid Al-Sabti (1259 – 1321) penjelajah, penulis, serta ahli hadits
- Al-Wazzan Al Fasi atau Leo Africanus (1494 – 1554) geografer
- Ibnu Al-Arabi (1076 – 1184) ahli teologi dan filsafat
- Ibnu Al-Khatib (1313 – 11374) sastrawan, sejarawan, ahli filsafat, dan dokter
- Al-Bitruji atau Alpetragius (w.1204) astronom
- Ibnu Khaldun (1332 – 1406) ahli sejarah, ekonomi, teologi, matematika, filsafat, hukum, astronomi, militer, kesehatan, dan sosiologi.
Universitas
Cordova
Didirikan Pada masa kekuasaan Abdurhaman III, universitas ini menjadi daya tarik para pelajar eropa. Puncak kecemerlangan pendidikan di berlangsuh pada era pemerintahan Al Hakam Al Muntasir. Tercatat telah didirikan 27 sekolah swasta didirikan dan 70 gedung perpustakaan. Pendikan diberikan secara gratis hingga anak-anak miskin dan terlantar bisa bersekolah gratis di 80 sekolah yang disediakan pemerintah.
Az-Zahrawi yang merupakan seorang dokter ahli merupakan hasil dari pendidikan universitas ini. Ia berhasil memperkenalkan teknik kejururawatan dan mencipta alat pembedahan dengan teknik pembedahan pada zamannya. Begitu pula Ibnu Wafid Al-Lakhmi yang merupakan seorang dokter terkemuka di Spanyol adalah hasil pendidikan kampus bergengsi ini. Al-Ghafiqi, seorang tabib, ahli farmasi, ia mengumpulkan, mencatat, dan memberikan resep tumbuh-tumbuhan dari Spanyol dan Afrika.
Universitas Az-Zaituna
Universitas Zaituna didirikan oleh Ubaidillah
bin Al-Habhab pada tahun 114 H. Az-Zaituna telah silih berganti berada dibawah pemerintahan khilafah
yang memerintah wilayah tersebut mulai dari Umayyah, Abbasiyyah, Fathimiyah,
Aghlabiyah, Muwahidun, Hafsiah, dan Utsmaniyah. Pada abad ke-13 universitas ini
menjadi salah satu perguruan tinggi yang paling berpengaruh. Ilmuan dan ulama
Az-Zaitunah telah menghasilkan begitu banyak kitab dan manuskrip. Pelajar dan
cendikiawan dari berbagai wilayah berbondong-bondong untuk menimba ilmu
pengetahuan di universitas tersebut.
Az-Zaituna berperan besar dalam menopang kemajuan peradaban Islam, sebagaimana universitas Al-Azhar Mesir dan Al-Qarawiyin Maroko. Ketika terjadi invasi Spanyol ke Tunisia pada tahuan 1534-1574 M, terjadi penjarahan dokumen-dokumen yang tersimpan di perpustakaan dan masjid-masjid di Tunisia, pustakaan A-Zaituna yang berisi ratusan ribu manuskrip pun turut dijarah.
Universitas Sankore
Universitas Sankore ini juga dikenal Universitas Timbuktu, yang terletak di timur laut distrik Timbuktu. Didirikan oleh Al-Qadli Aqib ibnu Mahmun ibnu Umar, seorang Kepala peradilan Timbuku, pada tahun 989 M, universitas ini bertempat di dalam wilayah Masjid Sankore.
Pada zamannya, lemaga ini diakui sebagai perguruan tinggi berkelas dunia. Lulusannya telah menghasilkan publikasi ilmiah berupa buku dan kitab dengan kualitas yang tinggi. Terbukti, hasil penelitian lapangan di Timbuku, Mali menemukan lebih dari satu juta risalah. Di kawasan Afrika Barat lainnya juga ditemukan tak kurang dari 20 juta manuskrip.
Alumnus yang terkenal dari universitas ini adalah Ahmad
Baba al-Massufi al-Timbukti (1556-1627). Ia merupakan seorang profesor ahli
hukum, dan ahli agama. Ahmad Baba telah menulis sejumlah karya dalam dalam
bidang hukum, kedokteran, filsafat, astronomi, dan matematika. The Ahmad Baba
Institute adalah sebuah lembaga
pendidikan yang diberi nama sesuai beliau.
Universitas al-Mustansiriyah
Khalifah Al-Mustansir Billah (1226-1242) mendirikan
sebuah universitas pada tanggal 5 Mei 1234. Beliau adalah khalifah ke-37
Abbasiyah. Pada awal pendiriannya universitas ini berfokus pada kajian empat
bidang ilmu yaitu Ilmu Al-Quran, Sirah Nabawiyyah, kedokteran dan matematika.
Catatan Ibnu Batutta menyebutkan bahwa perpustakaan ini
mendapatkan sumbangan buku-buku langka yang diangkut oleh 150 unta. Pada abad
ke-13 M, pihak kekhilafahan telah menyumbangkan 80 ribu buku untuk dijadikan
koleksi perpustakaan. Keunikan perpustakaan ini adalah selaian menyediakan buku
dan catata ilmiah, terdapat pula rumah sakit di dalamnya.
PUSTAKA :
M.J. Deeb: Al-Zaytuna; in The Oxford
Encyclopaedia of the Modern Islamic World; ed: J.L. Esposito;
Oxford University Press; 1995; vol 4; p. 374.
https://muslimheritage.com/the-university-of-sankore-timbuktu/
https://muslimheritage.com/al-qayrawan/
https://muslimheritage.com/qarawiyyin-mosque-university/
No comments:
Post a Comment