Hari ini saya mendapat cerita tentang Ekspedisi Kutub Selatan
pada tahun 1911 dari salah seorang sahabat sekaligus guru saya. Kisah tentang
Roald Amundsen (Norwegia) dan Robert Falcon Scott (Inggris) yang berlomba untuk
mencapai titik 90 derajat kutub selatan demi mengharumkan nama bangsa nya.
Kutub selatan adalah salah satu daerah paling ekstrim di muka
bumi. Daratan ditutupi es, suhu pada musim panas saja paling tinggi -28 derajat
Celcius, dan badai salju bisa datang tak terduga. Perlu persiapan matang dan
perencanaan yang detail untuk bisa mencapai titik 90 derajat.
Kompetisi menuju puncak kutub itu akhirnya dimenangkan kan oleh
Amundsen (Norwegia), seluruh awak nya selamat, ia kembali ke titik awal
keberangkatan sesuai dengan rencana. Lain hal dengan Scott ( Inggris), tim nya
kalah, tertinggal 35 hari, tidak ada satu pun dari tim itu yang pulang ke titik
awal, semuanya mati saat menempuh jarak pulang, mayat mereka ditemukan 15 Km
dari depo persediaan makanan.
Rahasianya adalah persiapan. Amundsen bersiap 2 tahun sebelum
nya,
Amundsen bahkan mencoba untuk memakan lumba-lumba secara mentah, karena bisa
jadi kapalnya karam dan terdampar di tengah laut. Dia sampai bertemu
orang-orang Eskimo, untuk mengganti kuda poni dengan anjing husky sebagai alat
transportasi di es, berlatih berjalan pelan-pelan dan fleksibel saat cuaca
dingin dan lainnya.
Berbeda dengan persiapan yang dilakukan oleh Scott, untuk
menghadapi ketidakpastian kutub selatan, Scott lebih mengandalkan kekuatan fisik
dan teknologi, ia memilih menggunakan kendaraan mesin. Detail terkait cerita
keduanya bisa dilihat di artikel-artikel internet. Pelajaran nya adalah
persiapan yang sempurna dan disiplin dalam eksekusi.
Kita sebagai umat Islam telah diwasiatkan oleh Rasulullah untuk
beramal secara ITQAN. Berikut penuturan Rasulullah yang diriwayatkan oleh
Aisyah.
عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إن اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ
يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ
Dari Aisyah رضي الله عنها , bersabda Rasulullah : “Allah ʽazza wa jalla menyukai jika
salah seorang di antara kalian melakukan suatu amal secara itqan.” (HR.
Thabrani)
Itqan bermakna menyempurnakan, atau mengerjakan dengan sempurna.
Tidak gagal dalam mempersiapkan diri, tidak beramal dengan minimal. Maka tentu
tujuan dan hikmah dari amal tersebut akan diraih.
Dalam kondisi lingkungan yang tidak pasti, janganlah berserah
pada kondisi. Perkataan "gimana nanti" hanya akan membawa kebinasaan
dalam lingkungan yang terus berubah. Kita tidak bisa mengharapkan keberuntungan
datang. Ada kaidah sebab akibat yang harus manusia lakukan dalam meraih tujuan.
Hampir keseluruhan ibadah memerlukan persiapan, shalat wajib,
puasa ramadhan, zakat, naik haji, terlebih jihad fi Sabilillah, seluruhnya
butuh persiapan dan disiplin dalam pelaksanaan. Shalat yang tidak disiapkan
hanya akan menghasilkan gerakan badan dan bibir saja, khusuk nya hilang,
sekedar menunaikan kewajiban, alih-alih mencegah dari keji dan mungkar, setalah
sholat sifat keji nya kembali datang.
Nah, Bila agenda esok hari saja kita harus ada persiapan,
apalagi untuk hari-hari kita di akhirat nanti. Kelak Allah akan sangat teliti
dalam menilai amal kita.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا
اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Wahai orang-orang yang
beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada
Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr
: 18)
No comments:
Post a Comment