Syirik
adalah perbuatan mempersekutukan Allah SWT. Dosa ini merupakan jenis Kabair
terbesar. Syirik dibagi menjadi dua macam yaitu Syirik besar dan syirik kecil.
Syirik
besar adalah menjadikan sesuatu sebagai tandingan bagi Allah SWT dan atau
beribadah kepada selain Nya. Allah Berfirman :
إِنَّ اللَّهَ
لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa : 48)
إِنَّهُ مَنْ
يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ
النَّارُ
“Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka” (QS. Al-Maidah : 72)
Imam Ibnu
Katsir menjelaskan bahwa Allah mengabarkan bahwa Allah tidak akan mengampuni
perbuatan syirik, dalam arti tidak mengampuni seorang hamba yang menjumpai Nya
(mati) dalam keadaan musyrik.
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ قُلْنَا بَلَى يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَكَانَ
مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ أَلَا
وَقَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ فَمَا زَالَ يَقُولُهَا حَتَّى قُلْتُ لَا
يَسْكُتُ
“Maukah kalian aku beritahukan apa
kabair yang paling besar”. Beliau
mengulangi tiga kali. Para sahabat menjawab “Tentu wahai Rasulullah”,
Lalu Rasulullah bersabda “Yaitu menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua
orang tua.” Saat itu beliau bersandar lalu duduk dan melanjutkan, “Juga,
kesaksian palsu, kesaksian palsu”. Begitu Rasulullah mengulang-ulang
sampai-sampai kami mengatakan,”Andai Beliau menghentikannya” (HR.
Bukhari Muslim)
Jenis syirik yang kedua adalah
syirik kecil atau yang disebut dengan riya’ . Allah SWT berfirman
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا
يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barangsiapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al-Kahfi : 110)
Maksud dari ayat yang menyebutkan “janganlah
ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah pada Tuhan nya” hendaknya
tidak menyertakan riya’ bersama amal nya. Orang yang melakukan sebuah amal yang seharusnya dilakukan semata-mata untuk
bertaqarrub pada Allah untuk mengharap pujian manusia maka orang tersebut telah
berbuat riya’. Amal orang seperti ini akan ditolak oleh Allah dan akan mendapatkan
kerugian di akhirat kelak.
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا
وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الرِّيَاءُ يَقُولُ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جُزِيَ النَّاسُ
بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا
فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً
“Sesungguhnya
yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya “Apa itu
syirik kecil wahai Rasulullah ?” Rasulullah bersabda “Riya’, Allah ‘azza
wa jalla berfirman kepada mereka pada hari kiamat saat orang-orang diberi
balasan atas amal-amal mereka, “Temuilah orang-orang yang dulu kau perlihatkan
(amal-amal kalian) di dunia, lalu lihat lah apakah kalian menemukan balasan di
sisi mereka ?” (HR. Ahmad)
Rasulullah SAW bersabda :
إِذَا جَمَعَ اللَّهُ النَّاسَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ
فِيهِ نَادَى مُنَادٍ مَنْ كَانَ أَشْرَكَ فِي عَمَلٍ عَمِلَهُ لِلَّهِ أَحَدًا
فَلْيَطْلُبْ ثَوَابَهُ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ أَغْنَى
الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ
“Jika
Allah telah mengumpulkan orang-orang yang hidup pertama dan orang-orang yang
hidup terakhir pada hari yang tidak ada keraguan terjadinya. Lalu ada seorang
(Malaikat) menyeru “Barang siapa yang dalam suatu perbuatan yang dilakukannya
menyekutukan Allah dengan seseorang, maka hendaklah ia meminta pahala kepada
selain Allah, karena Allah merupakan Rabb yang tidak memerlukan sekutu” (HR. Tirmidzi)
Inilah dosa
besar yang terbesar. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita untuk
tetap memegang keimanan dan menjauh dari sifat riya’.
Saudara mu
Ilman Silanas
No comments:
Post a Comment