إِنَّمَا
وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ
الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ * وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ*
Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan
orang-orang yang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat seraya
tunduk (kepada Allah). Siapa saja yang mengambil Allah, Rasul-Nya dan
orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, sesungguhnya pengikut (agama)
Allah itulah yang pasti menang. (QS al-Maidah [5]: 55-56).
Sabab an-Nuzûl
Ketika Nabi saw berhijrah ke
Madinah, Beliau didatangi oleh Bani Asad bin Khuzaimah. Mereka berjumlah tujuh
ratus orang, laki-laki dan perempuan. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah,
kami telah diasingkan dan diputus dari kabilah dan keluarga kami. Lalu siapakah
yang menolong kami?” Kemudian turunlah ayat ini. (As-Samarqandi, Bahr
al-‘Ulûm, vol. 1 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1993), 445.)
Tafsir Ayat
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا
(Sesungguhnya
penolong kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman).
Secara bahasa, kata al-waliyy bermakna an-nâshir wa al-mu’în (penolong dan pembantu). (Ali al-Shabuni, Rawâi’
al-Bayân Tafsîr آyât al-Ahkâm, vol. 1 (Beirut: Dar al-Fikr, tt), 397)
Allah Swt. sebagai wali bagi
kaum Mukmin adalah al-ashl (asal, pangkal), sementara yang
lainnya bersifat ikutan (al-taba’). Karena itu, meskipun dalam
ayat ini ada tiga wali yang disebutkan, semuanya diungkapkan dalam bentuk
tunggal (waliyyukum) dan tidak diungkapkan dalam
bentuk jamak (awliyâukum). (Az-Zamakhsyari, Al-Kasysyâf, vol. 1 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995),
635; (Ajili, Al-Futûhât al-Ilâhiyyah, vol. 2 (Beirut: Dar al-Fikr, 2003), 256; al-Qasimi, Mahâsin
at-Ta’wîl, vol. 4, 175.)
Ini menunjukkan, sekalipun wali
yang disebutkan ada tiga, sesungguhnya semuanya berpangkal pada satu,
yakni Allah. Tak aneh jika dalam ayat lainnya kadang hanya disebutkan al-ashl saja, seperti firman Allah Swt.:
اللهُ وَلِيُّ الَّذِينَ
ءَامَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
Allah adalah
Pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan
(kekafiran) menuju cahaya (keimanan) (QS al-Baqarah [2]: 257).
الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ
رَاكِعُونَ
(yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat
seraya tunduk [kepada Allah]).
Menurut ar-Razi dan al-Khazin,
kalimat ini berkedudukan sebagai sifat bagi setiap Mukmin. Sifat ini disebutkan untuk
membedakan kaum Mukmin dengan kaum munafik yang mengaku beriman tetapi tidak
konsisten dalam shalat dan zakat. Gambaran ini diungkap pula dalam QS an-Nisa’
[4]: 142) :
إِنَّ
الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى
الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ
إِلَّا قَلِيلًا
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu
Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk
shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di
hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (QS. An-Nisa : 142)
وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا
(Siapa
saja yang mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi
penolongnya).
Menurut al-Wahidi an-Naisaburi
dan al-Khazin, frasa ini berarti: Siapa saja yang melaksanakan ketaatan
kepada Allah serta memberikan pertolongan kepada Rasulullah saw. dan sesama
kaum Mukmin. (Al-Wahidi al-Naisaburi, Al-Wasîth fî
Tafsîr al-Qur’ân al-Majîd, vol. 2 (Beirut: Dar al-Kutub
al-Ilmiyyah, 1994), 202)
فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ
(Sesungguhnya pengikut [agama]
Allah itulah yang pasti menang).
Menurut asy-Syaukani, al-hizb adalah al-shinf min al-nâs (kelompok atau golongan di antara manusia).
Abu Hayyan al-Andalusi,
az-Zamakhsyari, dan an-Nasafi menyatakan, pada asalnya kata al-hizb berarti kaum yang berkumpul untuk suatu urusan yang menyebabkan
mereka berkumpul.
Hizb Allâh adalah kelompok khusus yang memiliki sikap tegas dan kukuh dalam
mengimani kebenaran dîn-Nya; mencintai Allah dan
Rasul-Nya; berusaha keras menjalankan syariah-Nya; teguh dan konsisten
memperjuangkan tegaknya Islam; dan berlepas diri dari segala kekufuran; juga
tidak menjadikan pelaku kekufuran sebagai penolong dan pelindungnya :
لَا تَجِدُ قَوْمًا
يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ
أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ
بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ
فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا
إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“kamu tak akan
mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang
dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang
itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.
meraka Itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan
menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. dan
dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa
puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. ketahuilah,
bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” (QS. Al-Mujadallah : 22)
Saudara mu Ilman Silanas
No comments:
Post a Comment