يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ * أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى
سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
“Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka
Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu
pada hari-hari yang lain”. (QS. Al-Baqarah : 183-184)
Apabila seorang muslim secara
sengaja berbuka puasa di siang hari tanpa udzur syar’i (pengecualian
yang ditetapkan oleh Allah SWT) maka pelakunya melakukan dosa besar dan layak
menerima sanksi di dunia dan adzab di akhirat. Syaikh Abdul Lathif ‘Uwaidhah
berkata :
فإن التارك لهذا الركن ، أو حتى المقصِّر فيه
ليستحق العذاب الأليم في الآخرة فضلاً عن إيقاع دولة الخلافة العقوبة عليه في
الدنيا
”Siapa saja muslim yang meninggalkan puasa
Ramadhan, dan bahkan yang sekedar melalaikannya [misalnya berbuka sebelum
waktunya], sungguh dia berhak mendapatkan azab yang pedih di akhirat dan
lebih-lebih lagi dia juga mendapatkan sanksi dari negara Khilafah di dunia.” (Mahmud ‘Abdul Lathif ‘Uwaidhah, Al Jami’ li Ahkam Ash Shiyam,
hlm. 54).
Azab di akhirat bagi mereka yang
meninggalkan kewajiban berpuasa dijelaskan oleh Rasulullah SAW, beliau bersabda
:
بينا أنا نائم إذ أتاني رجلان فأخذا بضبعي فأتيا
بي جبلا وعرا فقالا لي اصعد فقلت إني لا أطيقه فقالا إنا سنسهله لك فصعدت حتى إذا
كنت في سواء الجبل إذا أنا بأصوات شديدة فقلت ما هذه الأصوات قالوا هذا عوى أهل
النار ثم انطلق بي فإذا أنا بقوم معلقين بعراقيبهم مشققة أشداقهم تسيل أشداقهم دما
قال قلت من هؤلاء قال هؤلاء الذين يفطرون قبل تحلة صومهم
”Pada saat saya tidur, (dalam mimpiku)
tiba-tiba datang kepadaku dua orang laki-laki, lalu keduanya memegang lenganku
dan membawaku ke sebuah gunung yang terjal. Keduanya mengatakan,’Naiklah!’ Aku
menjawab,’Aku tidak mampu naik.’ Keduanya berkata,’Kami akan membantumu naik.’
Lalu aku pun naik dan sampai ke puncak gunung. Tiba-tiba aku mendengar teriakan
yang sangat keras. Aku bertanya,’Suara apakah ini?’ Mereka menjawab,’Ini adalah
teriakan penghuni neraka.’ Kemudian aku melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba aku
melihat orang-orang digantung pada urat-urat di atas tumit mereka (secara
terjungkir), yang sobek-sobek pada sudut mulut mereka, dan darah pun mengalir
dari sudut-sudut mulut mereka.’ Aku berkata,’Siapakah orang-orang ini?’ Kedua
laki-laki itu menjawab,’Mereka adalah orang-orang yang berbuka puasa sebelum
waktunya [meninggalkan puasa Ramadhan].”
(HR An Nasa`i, dalam As
Sunan Al Kubra, no 3286; Al Hakim, dalam Al Mustadrak, no
1568, Shahih Ibnu Khuzaimah,
no 1986; Shahih Ibnu Hibban,
no 7491. Kata Imam Al Hakim,”Hadits ini shahih menurut syarat Imam Muslim.”
Lihat Mahmud ‘Abdul Lathif ‘Uwaidhah, Al
Jami’ li Ahkam Ash Shiyam, hlm. 54; Abdurrahman Al Harafi, Ahkamush Shiyam,
hlm. 26; Ahmad Huthaibah, Al
Jami’ li Ahkam Ash Shiyam, hlm. 27).
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
من أفطر يوما من رمضان من غير رخصة رخصها الله
لم يقض عنه وإن صام الدهر كله
”Barangsiapa
yang berbuka [meninggalkan puasa] satu hari dari bulan Ramadhan tanpa ada suatu
rukhshah yang ditetapkan Allah, maka dia tidak dapat mengqadha`-nya dengan
puasa setahun penuh walaupun dia melakukan puasa setahun penuh.” (HR An Nasa`i, dalam As Sunan Al Kubra,
no 3283; Ahmad, dalam Al
Musnad, 2/386, no 9002. Hadits ini dinilai hasan oleh Imam
Jalaluddin As Suyuthi, Al
Jami’ Al Shaghir, 2/166).
Saat ini bermunculan para pedagang makanan
yang menjual makanan pada orang-orang yang tidak berpuasa. Apabila penjual
makanan tersebut tahu bahwa pembeli nya adalah orang yang tidak berpuasa tanpa
udzur syar’i maka penjual tersebut melakukan keharaman pula. Kaidah fikih menyatakan
:
كل بيع أعان على معصية حرام
Kullu bai’in a’aana ‘ala ma’shiyatin haraam. (Setiap jual beli yang membantu suatu
kemaksiatan hukumnya haram). (Imam Syaukani, Nailul
Authar, hlm. 1035, syarah hadits no 2193). Kaidah fiqih lain
menetapkan :
من أعان على معصية فهو شريك في الإثم
Man a’ana ‘ala ma’shiyatin fahuwa syariik[un]
fi al itsmi. (Barangsiapa membantu suatu
kemaksiatan, maka dia telah bersekutu dalam dosa kemaksiatan itu). (Syarah
Ibnu Bathal, 17/207).
Menurut Syekh
Abdurrahman Al Maliki, seorang muslim yang tak berpuasa pada bulan Ramadhan
tanpa udzur syar’i, maka dia dijatuhi sanksi penjara selama 2 (dua) bulan untuk
setiap hari tak berpuasa. Jika dia tak berpuasa secara terbuka di hadapan umum
seraya menodai kesucian bulan Ramadhan, maka sanksinya ditambah dengan penjara
hingga maksimal 6 (enam) bulan. (Abdurrahman Al Maliki, Nidzhamul Uqubat, hlm, 200)
Saudara mu Ilman
Silanas
No comments:
Post a Comment