(Apoteker RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung)
Vaksin kini menjadi sorotan, tidak hanya karena
urusan vaksin palsu, akan tetapi isu lama yang kembali terulang. Isu tersebut
adalah kandungan zat berbahaya dalam vaksin yang bernama Thimerosal. Thimerosal
dituduh menjadi faktor penyebab Autisme pada anak. Hal ini karena Thimerosal
mengandung raksa (merkuri). Bila ingat merkuri maka yang ada dalam benak kita
adalah logam berat penyebab kasus Minamata di Jepang. Semua orang yang
mengetahui kejadian Minamata pasti akan merasa takut bila hal tersebut terjadi
pada diri atau keluarganya.
Tulisan ini dibuat dalam rangka menjelaskan
hakekat Thimerosal dan vaksin serta keamanannya. Penyusunan tulisan ini dilakukan
dengan melakukan pengutipan dari sumber-sumber pustaka terkait bahan tambahan
farmasi dan publikasi yang dilakukan oleh Centers for Diseases Control (CDC) Amerika Serikat
yang memang secara kontinu melakukan pengkajian terhadap masalah ini.
Thimerosal
[(o-carboxyphenyl)thio]ethylmercury
sodium salt
Thimerosal
merupakan zat tambahan yang berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur.
Thimerosal sudah digunakan sebagai bahan tambahan pada sediaan biologi dan
farmasi mulai dari tahun 1930. Senyawa ini digunakan sebagai pengganti
Benzalkonium Klorida dan pengawet Fenilmerkuri lain, yang memiliki aktivitas
antibakteri dan antifungi (antijamur). Thimerosal digunakan pula pada sediaan
kosmetik dan larutan pencuci lensa kontak. Thimerosal dibuat dengan cara
menginteraksikan senyawa etil merkuri klorida atau hidroksida dengan Asam
Thiosalisilat dan Natrium Hidroksida dalam etanol (95%). (Handbook of
Pharmaceutical Excipients, 6th Edition)
Tabel Ketentuan Penggunaan
Thimerosal
Penggunaan
|
Konsentrasi
(%)
|
Injeksi Intramuskular,
Intravena, Subkutan
|
0,01
|
Ophthalmic
Solution
|
0,001-0,15
|
Ophthalmic
Suspensions
|
0,001-0,004
|
Otic
Preparation
|
0,001-0,01
|
Topical
Preparation
|
0,01
|
(Handbook
of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition)
Pada
dasarnya merkuri secara alami ditemukan pada berbagai elemen di muka bumi,
seperti pada tanah, air, dan udara. Senyawa
merkuri di alam dibedakan menjadi dua tipe, Metil merkuri dan Etil merkuri.
Metil merkuri ditemukan pada hampir semua jenis ikan laut, paparan metil merkuri
dalam jumlah besar pada manusia dapat menyebabkan keracunan. Amerika Serikat
telah menetapkan aturan yang mengatur kadar metil merkuri pada bahan pangan
yang beredar. Etil merkuri memiliki sifat yang berbeda dengan metil merkuri,
senyawa ini mudah untuk di eliminasi dari tubuh hingga tidak menyebabkan
bahaya. (http://www.cdc.gov/vaccinesafety/concerns/thimerosal/)
Thimerosal
merupakan senyawa yang mengandung gugus Etil merkuri. Saat Thimerosal masuk ke
dalam tubuh manusia maka senyawa ini akan terdegradasi menjadi dua jenis
senyawa yaitu Etilmerkuri dan Thiosalisilat, kedua senyawa ini akan di eliminasi
dari tubuh. (http://www.cdc.gov/vaccinesafety/concerns/thimerosal/)
Seperti
senyawa kimia lainnya Thimerosal akan menimbulkan efek samping pada sebagian
orang seperti kemerahan pada area suntik, dan menimbulkan reaksi alergi pada
orang yang hipersensitif pada Thimerosal.
Produsen
Vaksin di Amerika Serikat pada tahun 2001 tidak lagi menggunakan Thimerosal
sebagai pengawet vaksin untuk anak. Thimerosal masih digunakan sebagai bahan
tambahan pada Vaksin Flu. Vaksin yang beredar di Indonesia merupakan vaksin
produksi Biofarma, berikut vaksin-vaksin Biofarma yang mengandung Thimerosal
sebagai bahan pengawet :
1. Vaksin
Pentabio
Merupakan
vaksin DTP-HB-Hib (Vaksin Jerap Difteri,
Tetanus, Pertusis, Hepatitis B Rekombinan, Haemophilus
influenzae tipe b). Mengandung
0,025 mg Thimerosal per 0,5 mL. (http://www.biofarma.co.id/produk/pentabio-vaksin-dtp-hb-hib-combination-vaccines-2/)
2. Vaksin Hepatitis B
Rekombinan
Vaksin Hepatitis
B rekombinan mengandung antigen virus Hepatitis
B, HBsAg, yang tidak menginfeksi yang dihasilkan dari biakan sel ragi dengan
teknologi rekayasa DNA. Mengandung 0,01
w/v% Thimerosal. (http://www.biofarma.co.id/produk/vaksin-hepatitis-b-rekombinan/)
3. Vaksin TT
Vaksin TT merupakan
suspensi koloidal homogen berwarna putih susu dalam vial gelas,
mengandung toksoid tetanus murni, teradsorbsi kedalam aluminium fosfat. Mengandung
0,05 mg Thimerosal per 0,5 mL. (http://www.biofarma.co.id/produk/vaksin-tt-bacterial-vaccines-2/)
4. Vaksin Jerap Td
Vaksin Td merupakan
suspensi koloidal homogen berwarna putih susu dalam vial gelas, mengandung
toksoid tetanus dan toksoid difteri murni, dengan komponen difteri berdosis
rendah dan teradsorbsi pada aluminium fosfat. Mengandung 0,05 mg Thimerosal per
0,5 mL. (http://www.biofarma.co.id/produk/vaksin-jerap-td-bacterial-vaccines-2/).
5. Vaksin DTP-HB5
Vaksin DTP-HB merupakan
suspensi koloidal homogen berwarna putih susu dalam vial gelas,
mengandung toksoid tetanus murni, toksoid difteri murni dan B.
pertussis yang diinaktivasi, serta antigen permukaan virus Hepatitis
B (sub unit HBsAg) murni yang bersifat non-infectious. Sub unit HBsAg
diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi. Mengandung 0,05
mg Thimerosal per 0,5 mL. (http://www.biofarma.co.id/produk/vaksin-dtp-hb-5-combination-vaccines-2/)
6. Vaksin DTP
Vaksin DTP merupakan
suspensi koloidal homogen berwarna putih susu dalam vial gelas,
mengandung toksoid tetanus murni, toksoid difteri murni, dan bakteri
pertusis yang diinaktivasi, yang teradsorbsi kedalam aluminium
fosfat. Mengandung 0,05 mg Thimerosal per 0,5 mL. (http://www.biofarma.co.id/produk/vaksin-dtp-bacterial-vaccines-2/)
7. Vaksin Jerap DT
Vaksin DT merupakan
suspensi koloidal homogen berwarna putih susu dalam vial
gelas, mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni yang
teradsorbsi kedalam aluminium fosfat. Mengandung 0,05 mg Thimerosal per 0,5
mL. (http://www.biofarma.co.id/produk/vaksin-jerap-dt-bacterial-vaccines-2/)
8. Vaksin DTP-HB10
Vaksin DTP-HB merupakan
suspensi koloidal homogen berwarna putih susu dalam vial gelas,
mengandung toksoid tetanus murni, toksoid difteri murni dan B.
pertussis yang diinaktivasi, serta antigen permukaan virus Hepatitis
B (sub unit HBsAg) murni yang bersifat non-infectious. Sub unit
HBsAg diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi. Mengandung
0,05 mg Thimerosal per 0,5 mL .(http://www.biofarma.co.id/produk/vaksin-dtp-hb-10-combination-vaccines-2/)
9. Vaksin BIO-TT
BIO-TT merupakan
suspensi koloidal homogen berwarna putih susu dalam ampul, mengandung
toksoid tetanus murni, teradsorbsi kedalam aluminium fosfat. Mengandung
0,05 mg Thimerosal per 0,5 mL. (http://www.biofarma.co.id/produk/vaksin-bio-tt/).
10. Vaksin
Influenza HA - Flubio®
Vaksin
Influenza HA merupakan suspensi jernih atau sedikit berwarna keputihan (slightly
turbid), mengandung haemaaglutinin dari 3 jenis antigen virus influenza. Vaksin
Influenza HA berupa suspensi yang diberikan untuk injeksi. Mengandung 4 mcgram
Thimerosal per 0,5 ml. (pionas.pom.go.id/sites/default/files/obat_baru/Flubio.pdf)
Autism
Spectrum Disorder (ASD) merupakan
gangguan perkembangan otak yang menyebabkan perbedaan fungsi kerja otak. Orang
dengan ASD akan berkomunikasi, berinteraksi, bertingkah laku, dan belajar
dengan cara yang berbeda. Diperkirakan 1 dari 68 anak teridentifikasi ASD di
Amerika Serikat. Penyebab autisme diarahkan pada penggunaan Vaksin pada anak,
walaupun tuduhan ini belum terbukti secara ilmiah, tapi efek yang timbul tidaklah
ringan, banyak dari orang tua yang akhirnya memutuskan tidak mengimunisasi anak
nya karena kekhawatiran ini.
Dalam
perkembangannya di Amerika Serikat, kajian tentang Vaksin dan Autisme sudah
dimulai sejak tahun 1999, berikut Time Line (http://www.cdc.gov/vaccinesafety/concerns/thimerosal/timeline.html) terkait permasalahan ini :
7 Juli
1999
The
American Academy of Pediatrics and The Public Health Service membuat pernyataan bersama bahwa
“Tidak ada data atau bukti adanya bahaya dari pemaparan vaksin pada anak yang
mengikuti program imunisasi rutin”. The American Academy of Family Physicians
pun menyatakan hal yang sama. (http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/mm4826a3.htm)
20 Oktober
1999
Advisory
Committee on Immunization Practices (ACIP) dan beberapa produsen Vaksin di Amerika Serikat melakukan
kajian terkait kemungkinan pembuatan vaksin yang tidak menggunakan Thimerosal
sebagai bahan pengawet.
5 November
1999
CDC
Amerika Serikat menyatakan bahwa produsen vaksin, FDA, dan lembaga terkait sedang
bekerja bersama untuk mengurangi penggunaan Thimerosal pada Vaksin, atau
mengganti nya dengan vaksin bebas Thimerosal.
Hasil
kajian FDA menyatakan bahwa penggunaan pada vaksin untuk anak tidak ditemukan
adanya bahaya, akan tetapi dengan pertimbangan kehati-hatian direkomendasikan
menghilangkan Thimerosal pada Vaksin rutin untuk anak.( http://www.fda.gov/BiologicsBloodVaccines/SafetyAvailability/VaccineSafety/UCM096228#act)
7 dan 8
Juli 2000
51
peneliti dan ahli vaksin mengadakan pertemuan di Atlanta untuk membahas hubungan
Thimerosal dan gangguan sistem saraf anak. (http://www.aapsonline.org/vaccines/cdcfdaexperts.htm)
5 Mei 2001
Penggunaan
Thimerosal pada Vaksin anak tidak
ditemukan adanya bukti yang membahayakan, kecuali hanya menimbulkan kemerahan
dan pembengkakan pada bekas suntikan. (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11331700)
1 Oktober
2001
Institute
of Medicine (IOM) Immunization Safety Review mengeluarkan laporan yang
menyimpulkan tidak ada bukti yang cukup untuk mengklaim bahwa Thimerosal pada
vaksin anak menyebabkan autisme, gangguan hipersensitivitas, dan keterlambatan
berbicara. (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK223725/pdf/TOC.pdf)
Pada tahun
2001 Thimerosal tidak lagi digunakan atau kadarnya dikurangi pada semua vaksin yang
diproduksi dan beredar di Amerika Serikat untuk anak 6 tahun ke bawah. Kecuali
Vaksin Flu.
Januari
2003
Vaksin
terakhir yang menggunakan Thimerosal telah
kedaluarsa. (http://www.cdc.gov/vaccines/hcp/patient-ed/conversations/downloads/vacsafe-thimerosal-color-office.pdf)
Agustus
2003
Penelitian
yang menganalisis hubungan antara kejadian Autisme dan penggunaan Thimerosal
pada Vaksin. Penelitian tersebut tidak menemukan hubungan kandungan thimerosal
pada vaksin dan autisme di Denmark dan Swedia, peningkatan kejadian Autisme
terus berlanjut walaupun thimerosal sudah tidak digunakan pada vaksin pada
tahun 1992. (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12880876)
November
2003
Tidak ada
konsistensi yang signifikan pada hubungan antara paparan Thimerosal pada vaksin
dengan masalah ginjal, sistem saraf, dan tumbuh kembang. (http://pediatrics.aappublications.org/content/112/5/1039.full.pdf+html)
17 Mei
2004
Setelah
melakukan review terhadap 200 penelitian ilmiah yang menilai kandungan
thimerosal dalam vaksin dan Autisme, IOM menyimpulkan bahwa
penelitian-penelitian yang ada secara konsisten menunjukkan bukti bahwa tidak
ada hubungan antara kandungan thimerosal dalam vaksin dan autisme.(http://www.iom.edu/Reports/2004/Immunization-Safety-Review-Vaccines-and-Autism.aspx)
28 Mei
2004
ACIP
merekomendasikan pemberian vaksin flu bagi anak usia 6 dan 23 bulan. ACIP tidak
merekomendasikan penggunaan vaksin flu bebas thimerosal dibanding vaksin yang
mengandung thimerosal, lembaga ini menyatakan bahwa pemberian vaksin flu lebih
besar manfaatnya dibanding risiko paparan thimerosal. (http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5306a1.htm)
26
September 2006
Pada
pernyataan yang diberikan pada Koalisi Obat bebas Merkuri, FDA menyatakan bahwa
bukti yang dikaji oleh IOM pada tahun 2004 tidak mendukung adanya hubungan
antara kandungan thimerosal dalam vaksin dan autisme
7 Juli
2007
CDC
mengeluarkan pernyataan terkait autisme dan thimerosal, “Beberapa orang
percaya bahwa peningkatan paparan thimerosal (yang merupakan zat tambahan dalam
vaksin yang direkomendasikan untuk anak) merupakan alasan meningginya angka
kejadian (Autisme) pada beberapa tahun ini. Bagaimana pun, temuan dari berbagai
penelitian yang menilai tren penggunaan vaksin dan perubahan frekuensi kejadian
Autisme tidak menunjukkan adanya hubungan antar keduanya”
27
September 2007
Hasil
penelitian CDC tidak menunjukkan adanya hubungan antara paparan dini thimerosal
dalam vaksin dengan masalah neuropsychological pada anak antara 7 dan 10
tahun. (http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa071434)
1 Februari
2009
Hasil dari
sebuah penelitian di Italia menunjukkan bahwa imunisasi anak dengan vaksin yang
mengandung thimerosal tidak menurunkan kinerja neuropsychological pada
anak. http://pediatrics.aappublications.org/content/123/2/475.full)
13
September 2010
Hasil
penelitian CDC tidak mendukung adanya hubungan antara pemberian vaksin dan
immunoglobulin yang mengandung thimerosal pada ibu hamil dan pada usia anak
dengan peningkatan risiko ASD (Autism Spectrum Disorder). (http://www.cdc.gov/vaccinesafety/concerns/thimerosal/study-risk-autism.html)
Semua bukti ilmiah
yang ditunjukkan adalah hasil penelitian sebenarnya dan bukan rekayasa.
Diskursus terkait masalah ini tidak hanya terjadi di negara berkembang, lembaga
kesehatan serta pada peneliti di Amerika Serikat dan Eropa secara serius
mengkaji masalah ini. Seluruh tautan yang dicantumkan dapat diakses oleh
pembaca, sehingga dapat dipertimbangkan langsung apakah dasar dari kesimpulan
di bawah ini tepat atau tidak.
Kesimpulan
:
- Thimerosal memiliki khasiat dan efek samping sebagaimana senyawa kimia lainnya
- Kandungan Thimerosal pada vaksin berada pada ambang batas yang aman untuk digunakan
- Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa pemberian vaksin pada anak menimbulkan permasalahan autisme atau gangguan sistem saraf lainnya
No comments:
Post a Comment