Pages

Thursday, October 31, 2013

MENGENALI OBAT PALSU DAN TIDAK STANDAR

Oleh : Ilman Silanas, Apt.,M.Kes (Apoteker RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung)

Berikut saya paparkan cara Ilmiah dan cara Awam dalam mengenali obat palsu dan obat tidak standar:

1. Cara Ilmiah
Tingkat akurasi cara Ilmiah adalah mendekati 100 %. Karena dilakukan dengan menggunakan metode yang telah teruji validitasnya. Uji yang dilakukan adalah Uji Kuantitaif dan Kualitatif. Cara ini menuntut kesempurnaan dalam menjalankan prosesnya yang bertumpu pada 3M (Man, Machine, Methode)  bila salah satu dari 3 M ini bermasalah, dapat dipastikan hasilnya tidak akan memuaskan dan tidak valid (tidak bisa dipercaya).

Uji kuantitatif adalah uji yang dilakukan dengan memeriksa kadar zat aktif dari sebuah sediaan obat. Misalnya, pasien membeli sirup Ibuprofen, dikatakan setiap 5 ml mengandung 100 mg Ibuprofen, artinya setiap pasien tersebut menakar obat dengan sendok takar 5 ml, seharusnya terkandung 100 mg Ibuprofen. Maka uji Kuantitatif dilakukan dengan menghitung kadar Ibuprofen, bila hasilnya antara 90-110 mg maka itu masih pada batas yang diperbolehkan karena aturannya demikian, tapi bila kurang dari 90 mg atau lebih dari 110 mg maka obat tersebut sudah diluar batas ketentuan. Paling parah terjadi bila tidak ada kadar Ibuprofennya sama sekali.

Uji Kuantitatif adalah uji yang dilakukan untuk memeriksa apakah zat aktif yang terkandung dalam sediaan obat sesuai dengan klaim obat. Misalnya, pasien membeli tablet asam mefenamat, setelah diuji ternyata tidak terkandung sedikitpun asam mefenamat, yang diperlihatkan dari hasil reaksi atau petunjuk pada instrument. Obat hanya mengandung amilum, dan zat tambahan lainnya, artinya obatnya kosong (tidak ada zat aktif). 

Metode Kuantitatif dan Kualitatif untuk tiap senyawa sudah ada ketentuannya dalam Farmakope atau buku teks terkait Kimia Analisis Farmasi.

2. Cara Awam
Bila anda bukan orang yang ahli dibidang farmasi atau bidang medis, berikut cara awam yang bisa saya bagi, berdasarkan jenis sediaan obat :


a. Obat bentuk Tablet atau Kaplet
Obat jenis ini dibuat dengan cara dikempa (diberi tekanan / press) dengan cetakan dan kekerasan tertentu. Hasil kempaan yang baik adalah rata, tidak ada retakan, dan mulus. Selain itu pabrik bisanya memberikan inisial seperti Kimia Farma memberi inisial KF pada tabletnya. Bila anda menemukan tablet atau kaplet yang bila dengan hanya ditekan dengan jari telunjuk dan jempol langsung hancur, maka dapat dipastikan obat itu tidak layak edar (saya tidak bilang palsu, karena obat asli tapi gagal produksi yang tak terdeteksi QC). Atau anda menemukan tabletnya sudah retak, terbelah atau remuk, maka lebih baik anda tolak karena tidak memenuhi standar sebuah tablet.





Lihat kemasan (blister, atau strip), obat dikemas dalam kemasan primer Policelonium, lalu diberi tanda kadaluarsa dan identitas lainnya. Segera setelah kita membeli cek tinta yang digunakan untuk menulis tanggal kadaluarsa, cukup usap dengan jari agak sedikit ditekan, bila tinta menghilang atau terhapus, lebih baik anda tidak jadi membeli obat tersebut, karena rentan dipalsukan dan diganti expire date nya.

Bila anda mendapatkan obat tablet yang disalut (dilapisi) dengan gula (biasanya lapisannya tebal), atau salut film (lapisan tipis), maka tinggal anda lihat salutannya, apakah rata atau tidak, bila tidak rata (artinya masih terlihat bagian dalam obat) lebih baik anda tidak minum obat tersebut, karena bila salutnya rusak maka profil penyerapan dan stabilitas zat aktif akan berubah.

b. Obat bentuk Sirup, Emulsi, Suspensi
Syarat obat sirup adalah jernih, tidak boleh ada zat yang tak larut, maka bila ditemukan sirup keruh atau ada zat yang melayang-layang maka lebih baik tidak usah dikonsumsi.

Suspensi adalah jenis sediaan cair dengan zat aktif yang tidak larut air, akan tetapi agar penggunaan lebih nyaman maka diupayakan zat tersebut dapat terdispersi merata dalam suatu media cair (air), dengan menggunakan suspending agent maka zat aktif yang telah dihaluskan dapat tersebar merata keseluruh bagian zat cair, penampakan suspensi adalah keruh tapi dengan warna yang merata. Aturan pakai suspensi haruslah dikocok terlebih dahulu sebelum dituang dalam sendok takar untuk memastikan zat aktif obat akan tersebar merata. Karena formulasi yang tidak tepat dan kondisi penyimpanan yang tidak sesuai maka zat aktif dan zat tambahan lain dapat mengendap ke dasar botol dan mengeras, hal ini akan merusak komposisi sediaan karena zat aktif mengendap. Bila anda menemukan sediaan obat suspensi dengan kondisi adanya pengendapan dan setelah anda kocok kuat endapatnya tidak hilang atau kembali terbentuk, maka lebih baik anda tolak obat tersebut.

Dokter yang biasa meracik obat biasanya mencampur berbagai zat aktif obat dalam obat dengan sediaan suspensi, bila diperhatikan maka sediaannya tidak akan stabil, akan timbul banyak endapat walaupun sudah dikocok, hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan suspending agent dalam menyebarkan partikel obat. Hal ini akan menimbulkan ketidakkonsistenan pada dosis sehingga terapi tidak akan efektif.

Emulsi adalah sediaan obat yang mengandung Hidrofob (tak larut air) dan Hidrofil (larut air), misalnya suplemen minyak ikan yang dibentuk dalam sediaan emulsi. Untuk melarutkannya diperlukan emulsifier Agent (EA). Zat EA akan memperkecil tegangan permukaan minyak dan air sehingga minyak dapat tersebar rata keseluruh bagian air. Kerusakan sediaan ini dapat terjadi akibat salah formulasi (kekuarangan EA) dan kondisi penyimpanan yang terlalu panas atau terlalu dingin. Sediaan akan pecah sehingga minyak dan air akan terpisah (minyak diatas, air dibawah), emulsi dengan kondisi semacam ini adalah emulsi yang tidak layak guna.

Trik mereka yang suka menjual obat yang telah kadaluarsa adalah merubah atau mengaburkan tanggal kadaluarsa, baik dengan spidol atau pulpen, atau labelnya agak disobek, atau juga bisa digosok sehingga tanggal kadaluarsa hilang. Maka waspadalah kita akan obat seperti ini.

c. Sediaan steril
Sediaan steril mencakup tetes mata, infus, dan cairan injeksi. syarat dari bentuk sediaan ini adalah jernih dan tidak boleh ada partikel kasat mata yang terlihat. Bila menemukan sediaan injeksi seperti ini maka lebih baik ditolak.

Dikecualikan untuk injeksi KB atau antibiotik. Sediaannya pasti keruh. yang pasti kita harus mengecek segel dan kondisi kemasan, jangan sampai terbuka sehingga ada kontak dengan udara luar.

d. Suppositoria
Suppositorial adalah sediaan padat yang diberikan secara rektal (lewat anus), bentuknya seperti peluru, lembek dan terbuat dari lemak nabati. Sangat rentan terhadap suhu, sehingga bila tidak disimpan dalam suhu dingin bentuknya akan berubah, maka bila menemukan Suppositoria yang penyok lebih baik ditolak.

e. Gel
Gel adalah sediaan setengah padat (semisolid) yang digunakan secara topikal (pada permukaan kulit) warga sediaan bening. Gel digunakan sebagai pengganti pembawa salep yang kurang disukai karena lengket. Gel lebih mudah dicuci dibanding salep. Gel yang baik harus jernih tidak boleh ada zat yang tidak terlarut.Bila ditemukan Gel yang keruh atau kotor lebih baik ditolak.

Itu adalah beberapa tips yang bisa saya bagi untuk pembaca semua, semoga bermanfaat. 

No comments:

Post a Comment